Jumat, 01 April 2011

MAKALAH TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
“IMPLEMENTASI TEKNIK PEMBELAJARAN DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN”



OLEH :
ASIH FITRIANI (K4309015)
DWI EKA YANTI (K4309025)
ICHA KURNIA WATI (K4309037)
ISMIYATIN (K4309042)
RESSA ERLY ANDANA (K4309066)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
KATA PENGANTAR

Segala Puja dan puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena anugerah-Nyalah penulis bisa menyelesaikan makalah Teknologi Pembelajaran. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ngadino selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi Pembelajaran yang telah membantu dalam memberikan pengetahuan.
2. Orang tua yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis agar menyelesaikan tugas ini dengan baik.
3. Teman-teman Program Studi Pendidikan Biologi 2009 yang selalu memberikan semangat dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini masih ditemui banyak kekurangan maupun kesalahan, baik dalam hal penulisan maupun penyusunan. Untuk itu, penulis memohon maaf serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi sempurnanya makalah ini.





Surakarta, November 2010

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran dewasa ini dihadapkan pada dilema yang substansial. Pembelajaran diselenggarakan hanya terfokus pada transmisi sains dengan menomorduakan transfer nilai / karakter. Yang terjadi adalah meniadakan proses humanisasi, artinya hanya dehumanisasi yang terjadi di dunia pendidikan. Akibatnya adalah terkikisnya rasa bangga terhadap bangsa, toleransi terhadap sesama, dan menurunnya kepemilikan nilai-nilai etika, moral dan agama. Masih banyak praktik pembelajaran yang belum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensi, sehingga memiliki kepribadian utuh.
Pengembangan manusia seutuhnya, sudah tersurat dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pembelajaran yang memadukan berbagai dimensi yang dimilikiki peserta didik.
Keterpaduan yang dimaksudkan adalah pembelajaran harus dapat mewadahi tiga aspek, yaitu (a) kognitif, yakni pembinaan kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam. Meliputi mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa, menilai, dan mencipta. (b) afektif, yakni pembinaan sikap mental yang mantap dan matang. Meliputi penerimaan, memberi respon, penilaian, organisasi, dan mempribadikan nilai. (c) psikomotor, yakni pembinaan tingkah laku. Meliputi penerimaan, tanggapan, penanaman nilai, pengorganisasian nilai, dan karakteristik kehidupan. Dengan demikian pengembangan pengetahuan dan keterampilan peserta didik harus disertai dengan penanaman nilai budi pekerti. Pendidikan terpadu akan menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi mandiri dan bertanggungjawab (learning to be), mengaplikasikan ilmu, bekerja dalam tim (learning to do), menguasai ilmu (learning to know), untuk memahami orang lain (learning to live together), dan mengabdikan diri kepada pencipta (lear¬ning the god). Pendidikan terpadu sesuai dengan fitrah peserta didik yang memi¬liki kepribadian holistic, multiple intelligence, dan berbagai potensi kompetitif.
Potensi peserta didik akan dapat berkembang dengan maksimal jika difasilitasi dengan strategi, pendekatan, model dan berbagai metode. Karena pada hakikatnya secara alamiah perkembangan peserta didik berbeda-beda, baik dari inteligensi, bakat, minat, jasmani, penginderaan dan keadaan sosial, ekonomi, serta budaya. Temuan tentang multiple intelligence dari Howard Gardner, menunjukkan kepada kita bahwa peserta didik memiliki kompetensi intelektual yang berbeda-beda, yaitu inteligensi linguistic (kemampuan untuk membaca, menulis dan berkomunikasi), inteligensi logis matematis (kemampuan untuk berpikir logis, sistematis dan menghitung), inteligensi visual spatial (kemampuan untuk berpikir melalui gambar, memvisualisasi hasil masa depan, mengimajinasikan sesuatu dengan penglihatan), inteligensi musical (kemampuan untuk mengkomposisikan musik, menyanyi, menghargai musik, memiliki kepekaan irama), inteligensi kinestetis (kemampuan menggunakan badan secara terampil dan menghasilkan prestasi), inteligensi interpersonal sosial (kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan orang lain, memiliki empati, pengertian, menghayati motivasi dan tujuan seseorang), inteligensi intrapersonal (kemampuan untuk analisa diri dan refleksi, menilai kebethasilan orang), dan tahun 1996 Gardner menemukan inteligensi ke delapan yaitu inteligensi natural (kemampuan mengenal kembali flora dan fauna, serta mencintai alam).
Alasan lain yang membuat kita harus mendesain pembelajaran dengan menggunakan berbagai model dalam pembelajaran adalah penelitian neuroscience (Clark, 1986), didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik memiliki unlimited capacity to learn dan memiliki kemampuan yang luar biasa untuk kreatif dan produktif dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Setiap manusia memiliki 100-200 milyar sel otak dan memiliki fungsi divergen dalam kegiatan mentalnya. Otak terbagi dalam dua belahan yaitu otak belahan kanan dan kiri. Otak belahan kanan mengandung kemungkinan untuk mewujudkan kegiatan mental bercirikan divergen, original dan kreatif. Otak belahan kiri berfungsi linier, analitis dan logis. Fungsi otak tersebut dapat terwujud sangat tergantung dari kondis lingkungan, apakah lingkungan diciptakan untuk kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi peserta didik atau tidak (meaningful context).
Dari berbagai alasan di atas, maka pembelajaran harus dipandang dari sudut konstruktivisme, yaitu pendekatan yang berkeyakinan bahwa peserta didik secara aktif akan membangun atau membuat pengetahuannya sendiri dan realitas ditentukan oleh pengalaman mereka sendiri. Dosen berperan sebagai fasilitator pada saat peserta didik mencari pengetahuan dan keterampilan, sebagai pembimbing, dan narasumber untuk menata lingkungan belajar sehingga membantu peserta didik memahami informasi.
Jika pembelajaran hanya menggunakan single modle, maka pembelajaran tidak akan bersifat konstruktivis, yang akan terjadi adalah kepribadian anak tidak dapat berkembang dengan seimbang. Untuk itu dosen harus dapat mengaplikasikan semua teori belajar dan pembelajaran secara preskriptif dengan multi method. Dengan demikian, pembelajaran akan mampu menyentuh bebagai jenis inteligensi dan minat melalui berbagai saluran, sehingga semua peserta didik dapat terlayani dengan baik dan benar sesuai dengan perkembangannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja implementasi teknik pembelajaran dalam peningkatan kualitas pembelajaran?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan implementasi teknik pembelajaran dalam peningkatan kualitas pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Seiring dengan perkembangan zaman serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, maka kita dituntut untuk terus mengadakan pembaharuan disegala lini kehidupan. Terutama yang bersentuhan langsung dengan kemajuan ilmu pengetahuan, dimana dalam Sistem yang ada di dalam pendidikan harus terus mengadakan perubahan kearah yang positif. Berbagai teknik pembelajaran, baik itu metode, pendekatan, maupun tata cara atau aturan dalam pembelajaran banyak dirancang untuk menghasilkan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa yang lebih optimal. Terkhusus Metode Pembelajaran Aktif Kretif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), di mana Hakikat pembelajaran sebenarnya adalah memberi rasa nyaman dan betah siswa (anak didik) dalam menerima pelajaran.
Menurut John Dewey (1916), Daves (1977; 31) mengatakan: belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, serta mengembangkan inisiatif yang berasal dari siswa dan guru sangat diharapkan sebagai pembimbing dan pengarah dalam proses pembelajaran didalam dan diluar kelas.
Menurut Sidi (2005:71) “PAKEM adalah singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan”.
“Pakem sebagai singkatan pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan merupakan pendekatan pengajaran yang mendudukkan siswa sebagai pelaku utama kegiatan pembelajaran” (Karim, 2006:34).
Dalam PAKEM, semua siswa dikondisikan untuk terlibat langsung secara aktif dalam semua kegiatan pembelajaran. Dengan kondisi ini, siswa dituntut kemandiriannya untuk mengalami sendiri objek dan peristiwa yang dipelajari sambil berinteraksi, berkomunikasi, dan melakukan refleksi dalam setiap kegiatan pembelajaran. Tanggung jawab belajar ada pada pundak siswa dan peran guru hanya sebatas ‘learning facilitator’ (pemerakarsa kondisi belajar).
Aktif pengembang pembelajaran ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses aktif merangkai pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru. Siswa aktif terlibat di dalam proses belajar mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Teori belajar konstruktivisme merupakan titik berangkat pembelajaran ini. Atas dasar itu pembelajaran ini secara sengaja dirancang agar mengaktifkan anak. Di dalam implementasinya, seorang guru harus merancang dan melaksanakan kegiatan-kegiatan atau strategi-strategi yang memotivasi siswa berperan secara aktif di dalam proses pembelajaran. Mengapa pembelajaran harus mengaktifkan siswa? Hasil penelitian menunjukkan bahwa kita belajar 10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat dan dengar, 70% dari yang kita ucapkan, dan 90% dari yang kita ucapkan dan kerjakan serta 95% dari apa yang kita ajarkan kepada orang lain (Dryden & Voss, 2000). Artinya belajar paling efektif jika dilakukan secara aktif oleh individu tersebut.
Sementara itu, Kreatif dimaksudkan sebagai penghasil karya baru sebagai hasil pemikiran sendiri atau kelompok. Karya-karya ini dapat berbentuk tulisan, gambar, grafik, charta, table, atau metode tiga dimensi. Untuk beberapa siswa mungkin mengalami kesulitan untuk menghasilkan karya nyata namun anak-anak ini hanya dapat menghasilkan karya dalam bentuk gagasan, pendapat, dan ucapan. Pada tahap awal, karya ini dapat berbentuk tiruan dan pada tahap lanjutan, karya tiruan ini dapat dimodifikasi sesuai keperluan atau menghasilkan karya yang sama sekali baru, hasil pemikiran orisinal. Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) juga dirancang untuk mampu mengembangkan kreativitas. Pembelajaran haruslah memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, inisiatif, dan kreativitas serta kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Kemandirian dan kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua bentuk pembelajaran. Dengan dua bekal itu setiap orang akan mampu belajar sepanjang hidupnya.
Ciri seorang pembelajar yang mandiri adalah:
a. mampu secara cermat mendiagnosis situasi pembelajaran tertentu yang sedang dihadapinya.
b. mampu memilih strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajarnya.
c. memonitor keefektivan strategi tersebut.
d. termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalahnya terselesaikan
Selanjutnya, tentang pengertian Efektif dimaksudkan sebagai efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran. Setiap kegiatan pembelajaran senantiasa diarahkan pada pencapaian kompetensi-kompetensi tertentu sehingga keberhasilan kegiatan pembelajaran didasarkan pada seberapa jauh tujuan pembelajaran dicapai. Yang terakhir, makna menyenangkan dimaksudkan agar setiap kegiatan pembelajaran diarahkan pada kegiatan yang menyenangkan yang melibatkan semua siswa seperti permainan (game), brainstorming (urun gagasan), brainwriting (urun tulisan), bermain peran, dan kegiatan menyenangkan lainnya. Prinsip ini sesuai dengan peran pedagogis bahwa belajar dalam suasana senang. Jadi berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) adalah salah bentuk metode mengajar yang didalamnya terdapat pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Melalui kegiatan pembelajaran yang bersifat interaksif, siswa dapat berpikir lebih banyak untuk dirinya sendiri, dan memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan sikap untuk persiapan kehidupan masa depannya.
Menyenangkan pembelajaran yang dilaksanakan haruslah dilakukan dengan tetap memperhatikan suasana belajar yang menyenangkan. Mengapa pembelajaran harus menyenangkan? Dryden dan Voss (2000) mengatakan bahwa belajar akan efektif jika suasana pembelajarannya menyenangkan. Seseorang yang secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya memerlukan dukungan suasana dan fasilitas belajar yang maksimal. Suasana yang menyenangkan dan tidak diikuti suasana tegang sangat baik untuk membangkitkan motivasi untuk belajar. Anak-anak pada dasarnya belajar paling efektif pada saat mereka sedang bermain atau melakukan sesuatu yang mengasyikkan. Menurut penelitian, anak-anak menjadi berminat untuk belajar jika topik yang dibahas sedapat mungkin dihubungkan dengan pengalaman mereka dan disesuaikan dengan alam berpikir mereka. Yang dimaksudkan adalah bahwa pokok bahasannya dikaitkan dengan pengalaman siswa sehari-hari dan disesuaikan dengan dunia mereka dan bukan dunia guru sebagai orang dewasa. Apa lagi jika disesuaikan dengan kebiasaan mereka dalam belajar.
Selain itu dalam pembelajaran Model Pakem, seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang mudah, murah dan sederhana. Tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Penggunaan perangkat multimedia seperti ICT sungguh sangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu mengaksesnya. Tanpa merendahkan sifat dan nilai multimedia elektronik, para guru dapat memilih dan merancang media pembelajaran alternatif dengan menggunakan berbagai sumber lainnya, seperti bahan baku yang murah dan mudah di dapat, seperti bahan baku kertas/plastik, tumbuh-tumbuhan, kayu dan sebagainya, guna memotivasi dan merangsang proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Dimana Media dan bahan ajar, selalu menjadi penyebab ketidak berhasilan sebuah proses pembelajaran di sekolah. Sebuah harapan yang selalu menjadi wacana di antara para pendidik/guru kita dalam melaksanakan tugas mengajar mereka di sekolah adalah tidak tersedianya ’media pembelajaran dan bahan ajar’ yang cukup memadai. Jawaban para guru ini cukup masuk akal. Seakan ada korelasi antara ketersediaan ’media bahan ajar’ di sekolah dengan keberhasilan pembelajarn siswa. Kita juga sepakat bahwa salah satu penyebab ketidak berhasilan proses pembelajaran siswa di sekolah adalah kurangnya media dan bahan ajar. Kita yakin bahwa pihak manajemen sekolah sudah menyadarinya. Tetapi, sebuah alasan klasik selalu kita dengar bahwa ”sekolah tidak punya dana untuk itu”!. Oleh karena itu seorang giri haruslah memiliki kekretifitasan yang tinggi dalam mengajarnya Dalam merancang sebuah media pembelajaran, aspek yang paling penting untuk diperhatikan oleh seorang guru adalah karakteristik dan modalitas gaya belajar individu peserta didik, seperti disebutkan dalam pendekatan ’Quantum Learning’ dan Learning Style Inventory’. Media yang dirancang harus memiliki daya tarik tersendiri guna merangsang proses pembelajaran yang menyenangkan. Sementara ini media pembelajaran yang relatif cukup representatif digunakan adalah media elektronik (Computer – Based Learning). Selanjutnya skenario penyajian’bahan ajar’ harus dengan sistem modular dengan mengacu pada pendekatan Bloom Taksonomi. Ini dimaksudkan agar terjadi proses pembelajaran yang terstruktur, dinamis dan fleksibel, tanpa harus selalu terikat dengan ruang kelas, waktu dan/atau guru. Perlu dicatat bahwa tujuan akhir mempelajari sebuah mata pelajaran adalah agar para siswa memiliki kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam Standar Kompetensi (baca Kurikulum Nasional). Untuk itu langkah/skenario penyajian pembelajarn dalam setiap topik/mata pelajaran harus dituliskan secara jelas dalam sebuah Modul. Dengan demikian diharapkan para siswa akan terlibat dalam proses pembelajaran tuntas (Mastery Learning) dan bermakna (Meaningful Learning).
Salah satu metode pembelajaran yang dapat membangkitkan minat belajar siswa melalui metode pakem, dimana Hakikat Pakem sebenarnya adalah memberi rasa nyaman dan betah siswa (anak didik) dalam menerima pelajaran. Oleh karena itu Pakem sangat memperhatikan keinginan atau kegemaran anak, yakni bermain. Pembelajaran diolah sedemikian rupa sehingga terdapat unsur permainan di dalamnya. Mulai pembelajaran dalam bentuk lomba, kerjasama atau diskusi, sampai pembelajaran yang dilakukan di luar kelas. Kemunculan Pakem sebenarnya disebabkan adanya indikasi bahwa siswa jenuh terhadap pembelajaran yang selama ini diterapkan. Pembelajaran yang monoton (tidak kreatif), hanya mendengarkan guru berceramah (pasif, tidak aktif), kurangnya transfer ilmu yang dapat bertahan lama pada siswa (tidak efektif), dan terakhir tentu saja sangat membosankan (tidak menyenangkan). Demikianlah nuansa pembelajaran yang kebanyakan dilakukan oleh guru selama ini. Pembelajaran yang demikian itu, yang selama ini banyak dilakukan, disebutlah sebagai pembelajaran konvensional. Salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, dan beberapa siswa yang tidak menyenangi pelajaran matematika Sehingga menimbulkan motivasi yang kurang dalam mengikuti pembelajaranya. Melalui metode PAKEM siswa lebih mudah memahami dan menguasai mata pelajaran matematika karena di kemas lebih menarik dan menyenangkan.
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) adalah salah satu pembelajaran inovatif yang memiliki karakteristik aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) adalah :
1. Aktif: pengembang pembelajaran ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses aktif merangkai pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru. Siswa aktif terlibat di dalam proses belajar mengkonstruksi sendiri pemahamannya.
2. Kreatif: dimana pengembanganya juga dirancang untuk mampu mengembangkan kreativitas. Pembela haruslah memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, inisiatif, dan kreativitas serta kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya.
3. Efektif: menyiratkan bahwa pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai semua hasil belajar yang telah dirumuskan. Karena hasil belajar itu beragam, karakteristik efektif dari pembelajaran ini mengacu kepada penggunaan berbagai strategi yang relevan dengan hasil belajarnya.
4. Menyenangkan: pembelajaran yang dilaksanakan haruslah dilakukan dengan tetap memperhatikan suasana belajar yang menyenangkan.
Dan sesuai dengan PP No. 19 tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, keatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” Hal tersebut merupakan dasar bahwa guru perlu menyelenggarakan pembelajaan yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
Manfaat teknologi pembelajaran secara teoritis :
a. Bagi akademik/lembaga pendidikan (KTP), menjadi bahan informasi dan kajian dalam pengembangan pengetahuan, khususnya bidang pendidikan berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di sekolah.
b. Bagi guru, Khususnya pada SD Inpres Perumnas IV Makassar sebagai bahan masukan agar lebih memvariasikan metode mengajarnya dengan menggunakan Metode Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dalam proses pembelajaran.
c. Bagi peneliti, sebagai pengalaman yang sangat berharga sehingga menjadi bekal dan acuan dalam penyusunan karya ilmiah selanjutnya.
Manfaat teknik pembelajaran secara praktis :
a. Bagi guru, sebagai masukan dalam rangka lebih mengefektifkan kegiatan pembelajaran di sekolah, baik pembelajaran secara teori maupun praktek.
b. Bagi siswa, sebagai masukan pentingnya mengikuti kegiatan pembelajaran baik teori maupun praktek dalam meningkatkan kemampuan siswa baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.


















BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pakem sebagai singkatan pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan merupakan pendekatan pengajaran yang mendudukkan siswa sebagai pelaku utama kegiatan pembelajaran” (Karim, 2006:34).
2. Ciri seorang pembelajar yang mandiri adalah:
a) mampu secara cermat mendiagnosis situasi pembelajaran tertentu yang sedang dihadapinya.
b) mampu memilih strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajarnya.
c) memonitor keefektivan strategi tersebut.
d) termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalahnya terselesaikan.
3. Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) adalah :
a. Aktif: pengembang pembelajaran ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses aktif merangkai pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru.
b. Kreatif: dimana pengembanganya juga dirancang untuk mampu mengembangkan kreativitas.
c. Efektif: menyiratkan bahwa pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai semua hasil belajar yang telah dirumuskan.
d. Menyenangkan: pembelajaran yang dilaksanakan haruslah dilakukan dengan tetap memperhatikan suasana belajar yang menyenangkan.
4 . Manfaat teknologi pembelajaran secara teoritis :
a. Bagi akademik/lembaga pendidikan (KTP), menjadi bahan informasi dan kajian.
b. Bagi guru, Khususnya pada SD Inpres Perumnas IV Makassar sebagai bahan masukan agar lebih memvariasikan metode mengajarnya
c. Bagi peneliti, sebagai pengalaman yang sangat berharga sehingga menjadi bekal dan acuan dalam penyusunan karya ilmiah
5 . Manfaat teknik pembelajaran secara praktis :
a. Bagi guru, sebagai masukan dalam rangka lebih mengefektifkan kegiatan pembelajaran di sekolah
b. Bagi siswa, sebagai masukan pentingnya mengikuti kegiatan pembelajaran baik teori maupun praktek




















DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, S. dan Samad, S. (eds). 2003. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: FIP Universitas Negeri Makassar.

Arifin Martoenoes. 2006. Startegi Dan Model Belajar Mengajar. Makassar : Badan Penerbit UNM Makassar.

Ahmad Fauzi. 2004. Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia.

Bungin Burhan. (eds). 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo persada.

Depdiknas. 2008. Konsep Pakem : (http ://pakhmadsudrajat.wordpress.com.) diakses 27 mei 2009

Indra. 2009. pembelajaran pakem, tingkatkan kualitas belajar siswa : (http://indramunawar.blogspot.com/2008/02/pembelajaran-pakem tingkatkan – kualitas.html) 29 April 2009

Mustikasari Ardiani. 2009. Kosep Pakem : Situs Pendidikan Indonesia (http :// Edu-articles.com – Situs Pendidikan Indonesia » PAKEM (1) – Edu-articles.com – Situs Pendidikan Indonesia_files) diakses 29 April 2009

Moh. Uzer Usman dan Lilis. 2002. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Roesdakarya.

Nana Sudjana. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Balai Pustaka

PP No. 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 19 Ayat 1. konsep pakem. : edu-articles.com – situs pendidikan indonesia. (htt//www.pedu-articles.compakem-1) di akses pada tanggal 29 April 2009

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Rusfendi.1911, Pengertian Matematika : Situs algebra (http//www.karmawati-yusuf.blogspot.com200901tugas-makalah-inovasi-pembelajaran.html) diakses 29 Juli 2009

Sumad Suryabra. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta : CV Rajawali.

Soedjadi. 2000, Pengertian Matematika : Situs algebra (http//www.karmawati-yusuf.blogspot.com200901tugas-makalah-inovasi-pembelajaran.html) diakses 29 Juli 2009

Sanjaya Wina.2007.starategi pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia NO.20.Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika

Wasty Sumanto. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar