Hiasan indah
Bila mendengar kata
kemerdekaan,yang teringat adalah sosok Kartini. Ya, karena aku wanita. Dan aku
fikir bila mengidolakan dan meneladani sosok seperti dia adalah hal yang wajar
bukan?. Sambil berjalan meninggalkan almari mukena. Tiba-tiba ada hal yang membuatku terenyuh. Ketika wajah mungil,badan kecil sedang berdiri di
samping wanita setengah baya. Tubuh mungil itu layaknya wanita disampingnya.
Mengikuti apa yang dikenakan,gerak-geriknya pun ditirukan. Kala itu tubuh mungil
dan wanita itu tak menggubrisku sama
sekali,meskipun aku tepat disampingnya. Ya, mereka sedang asyik menggubris
sesuatu yang lebih layak untuk diperhatikan. Ya.....Tuhanya. Tuhanku
juga,eitzzzz....Tuhanmu juga. Iya, ALLAH SWT. Dengan mukena warna putih, mereka
khusyuk melakukan gerak-gerik yang selalu kita lakukan pula. Ya, ada takbir,
al-fatihah,ruku,sujud,.......pasti kalian lebih pintar dan sudah tahu sekali.
Ya, shalat....
Tepatnya saat itu pukul
12.30(waktunya shalat dzuhur), tanggal 30 Juni
2011,di masjid yang bernamakan Nurul Huda. Sangking terkesimanya dengan
kejadian itu, tangan ini refleks mengambil hand phone genggam. Lalu
......cekrik........save. ini gambarnya..
Aku jadi memikirkan hal yang
mungkin dipikirkan oleh teman-teman juga. Sejak kapankah aku diajarkan shalat
dan melaksanakan shalat?. Dan apakah aku masih layak mengidolakan wnita selain
ibu ku?. Ya, mungkin memang bkan dia yang mengajari ku tentang shalat tapi dia
yang telah memasukan aku di lembah kebaikan. Berjalan sembari mengingat kembali
kebaikan-kebaikan yang ibu lakukan untukku. “Huuftttt.....perutku perih”. Ku
pun tersenyum ingat hal yang selalu diajarkan ibu ku, Jangan lupa sahur kalau
puasa, biar tidak sakit perut. Wah, aku juga baru ingat yang mengajariku untuk
puasa adalah ibu. Meski awalnya hanya setengah hari atau puasa beduk,sekarang
aku malah sudah terbiasa untuk puasa sunah. Dan yang pasti puasa wajib juga
“Ramadhan “. Ya, ibuku pula lah yang menyiapkan sahur dan berbuka untuk ku. Aku
semakin tidak ragu untuk menjadikan ku idola setelah Rasul ku.
Aku jadi memikirkan hal yang
mungkin dipikirkan oleh teman-teman juga. Sejak kapankah aku diajarkan shalat
dan melaksanakan shalat?. Dan apakah aku masih layak mengidolakan wnita selain
ibu ku?. Ya, mungkin memang bkan dia yang mengajari ku tentang shalat tapi dia
yang telah memasukan aku di lembah kebaikan. Berjalan sembari mengingat kembali
kebaikan-kebaikan yang ibu lakukan untukku. “Huuftttt.....perutku perih”. Ku
pun tersenyum ingat hal yang selalu diajarkan ibu ku, Jangan lupa sahur kalau
puasa, biar tidak sakit perut. Wah, aku juga baru ingat yang mengajariku untuk
puasa adalah ibu. Meski awalnya hanya setengah hari atau puasa beduk,sekarang
aku malah sudah terbiasa untuk puasa sunah. Dan yang pasti puasa wajib juga
“Ramadhan “. Ya, ibuku pula lah yang menyiapkan sahur dan berbuka untuk ku. Aku
semakin tidak ragu untuk menjadikan ku idola setelah Rasul ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar