Sabtu, 07 April 2012

ini idolaku! kalau kamu?


                Hiasan indah
Bila mendengar kata kemerdekaan,yang teringat adalah sosok Kartini. Ya, karena aku wanita. Dan aku fikir bila mengidolakan dan meneladani sosok seperti dia adalah hal yang wajar bukan?. Sambil berjalan meninggalkan almari mukena. Tiba-tiba ada hal yang membuatku  terenyuh. Ketika  wajah mungil,badan kecil sedang berdiri di samping wanita setengah baya. Tubuh mungil itu layaknya wanita disampingnya. Mengikuti apa yang dikenakan,gerak-geriknya pun ditirukan. Kala itu tubuh mungil dan wanita itu tak menggubrisku  sama sekali,meskipun aku tepat disampingnya. Ya, mereka sedang asyik menggubris sesuatu yang lebih layak untuk diperhatikan. Ya.....Tuhanya. Tuhanku juga,eitzzzz....Tuhanmu juga. Iya, ALLAH SWT. Dengan mukena warna putih, mereka khusyuk melakukan gerak-gerik yang selalu kita lakukan pula. Ya, ada takbir, al-fatihah,ruku,sujud,.......pasti kalian lebih pintar dan sudah tahu sekali. Ya, shalat....
Tepatnya saat itu pukul 12.30(waktunya shalat dzuhur), tanggal 30 Juni  2011,di masjid yang bernamakan Nurul Huda. Sangking terkesimanya dengan kejadian itu, tangan ini refleks mengambil hand phone genggam. Lalu ......cekrik........save. ini gambarnya..

                                
Aku jadi memikirkan hal yang mungkin dipikirkan oleh teman-teman juga. Sejak kapankah aku diajarkan shalat dan melaksanakan shalat?. Dan apakah aku masih layak mengidolakan wnita selain ibu ku?. Ya, mungkin memang bkan dia yang mengajari ku tentang shalat tapi dia yang telah memasukan aku di lembah kebaikan. Berjalan sembari mengingat kembali kebaikan-kebaikan yang ibu lakukan untukku. “Huuftttt.....perutku perih”. Ku pun tersenyum ingat hal yang selalu diajarkan ibu ku, Jangan lupa sahur kalau puasa, biar tidak sakit perut. Wah, aku juga baru ingat yang mengajariku untuk puasa adalah ibu. Meski awalnya hanya setengah hari atau puasa beduk,sekarang aku malah sudah terbiasa untuk puasa sunah. Dan yang pasti puasa wajib juga “Ramadhan “. Ya, ibuku pula lah yang menyiapkan sahur dan berbuka untuk ku. Aku semakin tidak ragu untuk menjadikan ku idola setelah Rasul ku.
Aku jadi memikirkan hal yang mungkin dipikirkan oleh teman-teman juga. Sejak kapankah aku diajarkan shalat dan melaksanakan shalat?. Dan apakah aku masih layak mengidolakan wnita selain ibu ku?. Ya, mungkin memang bkan dia yang mengajari ku tentang shalat tapi dia yang telah memasukan aku di lembah kebaikan. Berjalan sembari mengingat kembali kebaikan-kebaikan yang ibu lakukan untukku. “Huuftttt.....perutku perih”. Ku pun tersenyum ingat hal yang selalu diajarkan ibu ku, Jangan lupa sahur kalau puasa, biar tidak sakit perut. Wah, aku juga baru ingat yang mengajariku untuk puasa adalah ibu. Meski awalnya hanya setengah hari atau puasa beduk,sekarang aku malah sudah terbiasa untuk puasa sunah. Dan yang pasti puasa wajib juga “Ramadhan “. Ya, ibuku pula lah yang menyiapkan sahur dan berbuka untuk ku. Aku semakin tidak ragu untuk menjadikan ku idola setelah Rasul ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar