Minggu, 24 April 2011

pembuatan tempe

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN DAN KLASIFIKASI CRYPTOGAMAE (KKC)

DIVERSIFIKASI BAHAN DASAR PEMBUATAN TEMPE
(Praktik Pembuatan Tempe Non Kedelai Sebagai Alternatif Pemenuhan Kebutuhan Protein)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009




LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN DAN KLASIFIKASI CRYPTOGAMAE (KKC)

I. JUDUL :
DIVERSIFIKASI BAHAN DASAR PEMBUATAN TEMPE
(Praktik Pembuatan Tempe Non Kedelai Sebagai Alternatif Pemenuhan Kebutuhan Protein)

II. TUJUAN:
1. Mengetahui bahan-bahan alternatif pengganti kedelai yang dapat digunakan untuk membuat tempe.
2. Mengetahui langkah-langkah dalam membuat tempe.
3. Mengetahui fungsi pemberian ragi dalam pembuatan tempe.
4. Membandingkan hasil dari tempe yang dibungkus dengan plastik dan daun.

III. ALAT DAN BAHAN
a. ALAT
No Nama Alat Jumlah
1 Baskom 1 buah
2 Kompor 1 buah
3 Centong 1 buah
4 Sendok sayur 1 buah
5 Plastik Secukupnya
6 Pisau 2 buah
7 Panci 1 buah
8 Tampah/nampan besar 1 buah
9 Ember 1 buah
10 Dandang 1 buah

b. BAHAN
No Nama Bahan Jumlah
1 Ragi tempe (Rhizophus oryzae) 2 gram
2 Biji karet (Havea brasiliensis) 1 kg
3 Daun pisang secukupnya
4 air secukupnya

IV. CARA KERJA
1. Menyiapkan biji karet (Havea brasiliensis) sebanyak 1 kg.
2. Mencuci biji karet sampai bersih untuk menghilangkan kotoran pada kulit biji.
3. Membuang kulit biji karet dengan cara memecahkannya.
4. Setelah terpisah dari kulitnya, daging biji direndam selama 2x24 jam.
5. Setelah direndam kemudian direbus selama kurang lebih 2-3 jam.
6. Membiarkannya hingga dingin, setelah dingin air rebusan dibuang lalu biji dibuka untuk dibuang bakal daunnya dan direndam lagi selama 36 jam dengan air baru.
7. Biji karet lalu dicuci dan dikukus kurang lebih 30 menit.
8. Setelah dikukus air yang tersisa di dalam panci/dandang dibuang, kemudian biji karet dipindahkan ke tempat yang lebih lebar (nampan/tampah) dan diratakan tipis-tipis. Selanjutnya biji karet karet dibiarkan dingin dan kering.
9. Setelah dingin, menaburkan ragi tempe (Rhizophus oryzae) sebanyak 2 gram sambil diaduk-aduk hingga rata.
10. Selanjutnya tempe dikemas sesuai selera, dapat menggunakan plastik atau daun pisang.
11. Melubangi plastik atau daun pisang yang telah berisi biji karet dengan menggunakan jarum yang terbuat dari kayu ukuran kecil kira-kira 6-8 untuk setiap sisi atas dan sisi bawah.
12. Menyimpan tempe di tempat yang tidak tertutup (pada suhu kamar) untuk menghindari pembusukan pada tempe karena suhu yang terlalu panas, usahakan di tempat yang terjadi sirkulasi udara.
13. Mendiamkan tempe kurang lebih selama 36 jam.
14. Setalah 36 jam tempe telah siap untuk diolah menjadi makanan lezat dan bergizi tinggi.


V. DASAR TEORI
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rhizophus oryzae, Rhizophus stolonifer (kapang roti), atau Rhizophus arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.[11]
Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya.
Bahan Tempe Non kedelai
Selain tempe berbahan dasar kacang kedelai, terdapat pula berbagai jenis makanan berbahan bukan kedelai yang juga disebut tempe. Terdapat dua golongan besar tempe menurut bahan dasarnya, yaitu tempe berbahan dasar legum dan tempe berbahan dasar non-legum.
Tempe bukan kedelai yang berbahan dasar legum mencakup tempe koro benguk (dari biji kara benguk, Mucuna pruriens L.D.C. var. utilis, berasal dari sekitar Waduk Kedungombo), tempe gude (dari kacang gude, Cajanus cajan), tempe gembus (dari ampas kacang gude pada pembuatan pati, populer di Lombok dan Bali bagian timur), tempe kacang hijau (dari kacang hijau, terkenal di daerah Yogyakarta), tempe kacang kecipir (dari kecipir, Psophocarpus tetragonolobus), tempe kara pedang (dari biji kara pedang Canavalia ensiformis), tempe lupin (dari lupin, Lupinus angustifolius), tempe kacang merah (dari kacang merah, Phaseolus vulgaris), tempe kacang tunggak (dari kacang tunggak, Vigna unguiculata), tempe kara wedus (dari biji kara wedus Lablab purpures), tempe kara (dari kara kratok, Phaseolus lunatus, banyak ditemukan di Amerika Utara), dan tempe menjes (dari kacang tanah dan kelapa, terkenal di sekitar Malang).
Tempe berbahan dasar non-legum mencakup tempe mungur (dari biji mungur, Enterolobium samon), tempe bongkrek (dari bungkil kapuk atau ampas kelapa, terkenal di daerah Banyumas), tempe garbanzo (dari ampas kacang atau ampas kelapa, banyak ditemukan di Jawa Tengah), tempe biji karet (dari biji karet, ditemukan di daerah Sragen, jarang digunakan untuk makanan), dan tempe jamur merang (dari jamur merang).
Salah satu bahan tempe yang layak dikonsumsi ialah Karet (Havea brasiliensis) seperti yang akan saya bahas pada laporan ini. Karet (Hevea bransilienis.) termasuk dalam famili Euphorbiaceae, disebut dengan nama lain, rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet pertama kali diperkenalkan orang Indian dari Peru dan dibawa ke Perancis.
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran Adapun klasifikasi dari karet ini adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Havea
Species : Havea bransiliensis

Karet ini mampu memproduksi biji kaya protein serta memiliki ongkos produksi yang murah. Hal tersebut karena ketersedian biji tanaman karet tersedia banyak di Indonesia, dimana indonesia merupakan negara dengan tanaman karet terluas didunia. Selama ini biji karet hanya dimanfaatkan sebagai bibit tanaman saja, selebihnya dibiarkan terbuang tanpa pemanfaatan.
Karet merupakan produk perkebunan yang hingga saat ini dimanfaatkan getah dan batangnya saja. Biji karet belum dimanfaatkan secara maksimal, selain sebagai bibit tanaman saja, selebihnya dibiarkan terbuang tanpa pemanfaatan. Kandungan protein yang terdapat pada biji karet juga hampir sama bila dibandingkan dengan kedelai dan beberapa tanaman komersil lainnya, namun biji karet ini mengandung racun HCN (Asam Sianida). Racun ini terdapat pada bakal daunnya, sehingga jika dimakan akan memabukkan. Namun dengan perlakuan yang tepat, racun tersebut dapat dihilangkan dan biji karet ini dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuat tempe dan layak dikonsumsi masyarakat. Jika dibuat tempe, tempe biji karet ini memiliki banyak sekali kelebihan yaitu diantaranya adalah :
a. Biji Karet memiliki potensi besar sebagai bahan baku alternatif pembuatan tempe dibandingkan kedelai karena harganya yang terjangkau.
b. Biji Karet mengandung protein 27 %, setelah dibuat menjadi tempe kandungan protein pada tempe biji karet menjadi 30,15 %. sedangkan pada kedelai, pada mulanya bijinya mengandung protein sebesar 34,9 % dan setelah dibuat tempe mengandung protein sebesar 22,41 %. Selain itu juga mengandung karbohidrat 14,64%, lemak 52,05%, air 5,01%, serat kasar 7,67%, dan abu 2,90%.
c. Kelebihan tempe dari biji karet dibandingkan tempe kedelai adalah :
• Tempe dari biji Karet lebih lembut dari pada tempe kedelai.
• Tempe biji karet tidak cepat menjadi busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es.
• Daya tahan biji Karet jauh lebih kuat dan tahan lama dari biji kedelai karena biji Karet dilindungi oleh kulit yang keras dan kedap air.
• Kelebihan tempe Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) memiliki protein yang lebih besar jika dibanding dengan tempe kedelai



Kita tentunya sudah mengetahui bahwa di dalam tempe terdapat banyak sekali kandunga atau nutrisi yang baik bagi tubuh yaitu diantaranya :
1. Asam Lemak
Kandungan lemak pada tempe secara umum sebanyak 18-32%. Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids, PUFA) meningkat jumlahnya. Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.
2. Vitamin
Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin).
3. Mineral
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe.
Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh
4. Anti Oksidan
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas.
Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.
5. Protein
Kandungan protein pada tempe sebanyak 35-45%
6. Karbohidrat
Kandungan karbohidrat pada tempe sebesar 12-30%
2.2.7. Air
Kandungan air pada tempe sebesar 7 %.


VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, bahan pengganti kedelai yang digunakan adalah biji Karet (Havea brasiliensis). Karet memiliki klasifikasi yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Havea
Species : Havea bransiliensis
Dalam penelitian ini biji karet ini memiliki kandungan yang hampir mirip dengan kedelai, yaitu 10 asam amino esensial, 25 % air, 20 % lemak, 10 persen protein dan karbohidrat sehingga biji ini dapat dimanfaatkan menjadi alternatif lain sebagai bahan baku tempe. Selain biji karet hanya mengandung HCN 20 mg/kg dan menurut Prof Dr Ir Murdijati Gardjito, hal ini masih dalam keadaan relatif aman.
Dalam proses pembuatan tempe dari biji karet ini dibutuhkan banyak perlakuan yaitu:
1. Penyiapan dan pencucian
Pertama-tama adalah menyiapkan 1 kg biji karet kemudian mencucinya hingga bersih agar kotoran-kotoran yang menempel hilang.
2. Pengupasan kulit
Kulit luar dipecah dan diambil bagian dalamnya. Pengupasan ini bertujuan agar nantinya miselium fungi dapat menembus biji karet selama proses fermentasi. Pengupasan ini dapat dilakukan dengan tangan, atau dengan alat bantu lainnya mengingat kulit biji karet ini sangat keras.
3. Perendaman pertama
Biji direndam selama 2x24 jam. Tujuan tahap perendaman ini ialah untuk hidrasi (agar biji mampu menyerap air sebanyak mungkin) dan membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat secara alami agar diperoleh keasaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi. Fermentasi asam laktat dicirikan oleh munculnya bau asam dan buih pada air rendaman akibat pertumbuhan bakteri Lactobacillus. Fermentasi asam laktat dan pengasaman ini ternyata juga bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan menghilangkan bakteri-bakteri beracun.
4. Perebusan dan pembuangan bakal daun
Setelah melewati proses perendaman maka biji karet direbus selama 2-3 jam namun sebelumnya biji karet harus dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran yang mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat menghambat pertumbuhan fungi. Proses perebusan ini dilakukan untuk membuat biji karet menjadi lebih lunak sehingga mempermudah membuang bagian bakal daun dan kulit ari biji karet. Bagian bakal daun dan kulit ari ini harus dibuang karena bagian bakal daun mengandung HCN (Asam Sianida).
5. Perendaman kedua
Setelah dingin, biji karet direndam selama 36 jam dengan penggantian air yang baru. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan racun-racun yang berbahaya bagi tubuh.
6. Pengukusan
Setelah direndam biji karet dikukus selama kurang lebih 30 menit agar memudahkan pencampuran biji karet dengan ragi tempe.
7. Penirisan
Pada tahap akhir biji karet yang sudah direbus ditiriskan dan dinginkan terlebih dahulu di atas tampah untuk mengurangi kadar air dalam biji. Hal ini dikarenakan dalam fermentasi tempe nanti akan dihasilkan air sebagai produk sampingan. Jika tidak ditriiskan maka kadar air akan berlebihan sehingga mempercepat proses pembusukan dan tumbuhnya bakteri yang tidak diinginkan (terjadi kontaminasi serta kerja dari Rhizopus sp. tidak maksimal).
8. Peragian ( Inokulasi)
Pada tahap selanjutnya, biji karet siap difermentasi menjadi tempe dengan cara ditaburi ragi dengan perbandingan 1 kg biji karet/2 gr ragi tempe. Ragi yang digunakan pada pembuatan tempe ini merupakan jamur Rhizopus oryzae.
Rhizopus oryzae memiliki peranan untuk memfermentasikan tempe dibantu oleh enzim amilotik, lipolitik, proteolitik yang akan bekerja menguraikan molekul-molekul. Penguraian ini menghasilkan air yang menghasilkan miselium-miselium. Selain untuk penguraian juga merangsang pertumbuhan jamur dengan cepat.
Dalam proses fermentasi ini akan terjadi suatu reaksi kimia sebagai berikut :
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol).
9. Pembungkusan
Selanjutnya biji karet diberi ragi dan diaduk rata, kemudian masukkan ke dalam plastik dan daun secukupnya sesuai dengan selera masing-masing. Selanjutnya plastik dilubangi dengan jarum pada sisi atas dan bawah. Hal ini dilakukan untuk membuat sirkulasi udara agar Rhizopus oryzae dapat bekerja dengan maksimal. Ini berkaitan dengan faktor-faktor penting yang mempengaruhi dalam pembuatan tempe yaitu tentang oksigen dan uap air. Dengan adanya oksigen yang cukup maka pertumbuhan kapang akan lebih terjamin, namun aliran udaranya tidak boleh terlalu cepat karena menyebabkan proses metabolismenya yang cepat pula sehingga dihasilkan panas yang dapat merusak pertumbuhan jamur. Oleh karena itu apabila digunakan kantong plastik sebagai bahan pembungkusnya maka sebaiknya pada kantong tersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang yang satu dengan lubang lainnya sekitar 2 cm. Selain oksigen juga ada uap air yang harus diperhatikan karena jika di dalam pembungkus terdapat uap air yang terlalu berlebih maka akan merusak pertumbuhan jamur dan akan mempercepat pembusukan. Jadi di sini pemberian lubang pada pembungkus sangat berperan besar.
10. Penyimpanan
Selanjutnya tempe yang sudah dibahas disimpan di tempat yang bersuhu dingin bila perlu dibalut dengan handuk agar lembab selama 36 jam. Jamur tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu dapat tumbuh baik pada suhu ruang (25-27oC). Oleh karena itu, maka pada waktu penyimpanan, suhu ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan.
Selama dalam penyimpanan jamur mulai tumbuh dan muncul warna putih. Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh miselia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut.
Setelah 36 jam di simpan maka tempe-tempe tersebut dibuka dan di dapatkan hasil yaitu tempe sudah jadi seperti tempe pada umumnya. Namun di sini terdapat perbedaan antara tempe yang dibungkus daun dan plastik. Tempe yang dibungkus plastik penampakannya tidak sebagus tempe yang dibungkus daun. Pada tempe yang dibungkus daun, miseliumnya lebih kompak(lebih putih) dan setelah dimasak rasanya lebih enak daripada tempe yang dibungkus plastik. Ini dimungkinkan karena jika dibungkus daun keadaannya lebih lembab sehingga pertumbuhan jamur lebih maksimal.
Dalam pembuatan tempe agar didapatkan hasil yang maksimal maka kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Yaitu diantaranya :
1. Oksigen,
Jumlahnya harus sesuai tidak boleh berlebihan dan tidak boleh kurang. Jika jumlahnya berlebih maka metabolisme yang terjadi akan sangat cepat dan menyebabkan panas yang berlebih pula sehinnga jamur cepat mati. Jika jumlahnya kurang maka jamur juga akan mati karena jamur tempe merupakan jamur yang dalam pertumbuhannya membutuhkan oksigen yang cukup.
2. Suhu
Agar didapatkan tempe yang baik maka selama penyimpanan dibutuhkan suhu yang sesuai mengingat bahwa jamur tempe hanya bisa tumbuh pada kisaran suhu 25-27oC (mesofilik).
3. Jenis laru
Untuk tempe yang baik maka laru atau raginya harus baru bukan ragi yang telah disimpan lama.
4. Ph
Ph harus dalam keadaan asam, karena jamur tempe hanya bisa hidup dalam suasana asam.
Sekarang kita tahu bahwa masyarakat belum mengetahui ternyata di dalam biji karet yang selama ini cenderung dibuang-buang memiliki kebaikan yang tidak kalah besarnya dengan kedelai yaitu:
d. Biji Karet memiliki potensi besar sebagai bahan baku alternatif pembuatan tempe dibandingkan kedelai karena harganya yang terjangkau.
e. Biji Karet mengandung protein 27 %, setelah dibuat menjadi tempe kandungan protein pada tempe biji karet menjadi 30,15 %. sedangkan pada kedelai, pada mulanya bijinya mengandung protein sebesar 34,9 % dan setelah dibuat tempe mengandung protein sebesar 22,41 %.
f. Kelebihan tempe dari biji karet dibandingkan tempe kedelai adalah :
• Tempe dari biji Karet lebih lembut dari pada tempe kedelai.
• Tempe biji karet tidak cepat menjadi busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es.
• Daya tahan biji Karet jauh lebih kuat dan tahan lama dari biji kedelai karena biji Karet dilindungi oleh kulit yang keras dan kedap air.
• Kelebihan tempe Karet (Havea brasiliensis) memiliki protein yang lebih besar jika dibanding dengan tempe kedelai


VII. LAMPIRAN
lembar foto dokumentasi praktikum pembuatan tempe karet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar